Perangko,
merupakan salah satu benda pos yang paling populer. Namun sayang,
keberadaan teknologi mulai menggusur keberadaannya. Namun kini, Pos
Indonesia mulai menggeliat dengan merangkul teknologi, memordenisasi dan
memperbarui organisasi. Menambah pencapaian bisnis perusahaan tersebut.
----------------
Direktur Utama PT Pos Indonesia, Dr. I Ketut Mardjana
Gedung
yang terletak di Jalan Cilaki, Bandung tersebut nampak kuno. Ornamen
pemerintahan Belanda masih dipertahankan. Di sebelahnya, Museum Pos
Indonesia tetap berdiri kokoh. Maklum, ornamen gaya Belanda dari gedung
yang dibangun sejak 1928 ini masih tetap dipertahankan. Namun begitu,
kesan kuno yang ditimbulkan bukan berarti kuno juga pengelolaan
perusahaan yang melayani mobilitas informasi ini.
Direktur
utama PT Pos Indonesia, Dr. I Ketut Mardjana yang juga berkantor di
lantai 2 gedung tersebut mengatakan, pihaknya sejak pertengahan 2008
melakukan pembenahan semua aspek yang ada pada PT Pos. Pencapaiannya,
kata Ketut PT Pos yang sejak sepuluh tahun terakhir (2003) mengalami
defisit anggaran (rugi) kini mulai mengalami kenaikan laba. Profit
marginnya kini di proyeksikan menembus angka 5,33 (2012) yang semula
hanya berada pada kisaran 0,22.
Lebih
lanjut, pria lulusan Doktor dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Monash
University, Australia ini mengatakan, pencapaiannya pada tahun 2011 jika
dibandingkan pada 2010, PT Pos mengalami perbaikan dari sisi bisnis.
Berdasarkan data dari Konsultan Akuntan Publik (KAP), pendapatan PT Pos
pada tahun 2011 sebesar 3 Trilyun, EBIT (laba sebelum pajak) mencapai Rp
156,468 Miliyar, sedangkan EAT-nya (laba bersih) menembus angka 144,981
Miliyar. Masih menurut data KAP, laba komprehensif PT Pos sebesar Rp
144,436 Miliyar dengan pertumbuhan 219,92 persen.
Tidak
hanya dari sisi laba yang meningkat, kata Ketut melainkan tingkat
kesehatan perusahaan ini juga meningkat. Tahun 2011 tingkat kesehatan
perusahaan mendapat skor 75 (Sehat A), pada tahun sebelumnya perusahaan
ini hanya mendapat skor 58. Tentu, semua pencapaian ini atas keberanian
Ketut sejak awal memimpin perusahaan yang berada di bawah Kementerian
Komunikasi dan Informatika ini pada Agustus 2008.
Kiat Membangun Perusahaan
Tentu
pencapaian ini bukan tanpa usaha, dengan dilatarbelakangi pengalamannya
memimpin beberapa perusahaan swasta, Lelaki yang pernah mendapat
beasiswa pendidikan dari Departemen Keuangan (sekarang kementerian
keuangan) selama kuliahnya di Institut Ilmu Keuangan (IIK) ini banyak
merubah pola pikir karyawan dan pola kerja dari perusahaan.
Perubahan
ini, kata Ketut diawali saat pertama kali memimpin PT Pos, sejak
pertengahan 2008. “Saya hanya sebulan mempelajari tentang perusahaan
Pos, dari diseluruh dunia melalui internet. Dan, Saya turun kelapangan
untuk mengetahui semua permasalahan yang ada,” ujar Ketut. Dari hasil
ini, lalu dibicarakan pada jajaran direksi.
Ketika
kita sudah mengetahui semua aspek, kata Ketut lalu kita buat terapi
pemecahan masalahnya. “Ada dua hal mendasar pembenahan di dalam internal
PT Pos yakni modernization dan empowerment,” katanya. Modernisasi ini dengan mengubah arah pikiran menjadi Infrastruktur Bisnis berbasis ICT (Information Communication Technology), yakni merubah semua cara kerja menjadi berbasis teknologi, perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi, ICT menjadi backbone operasional Pos Indonesia. Kalau empowerment terkait dengan pola kerja organisasi yang overlapping (tumpang tindih).
Ketut
menguraikan, modernisasi yang ia lakukan sejak 2009 dengan mengganti
armada pos yang sudah berumur 10 tahun. “Harus kita ganti, karena
kendaraan-kendaraan yang telah berumur 10 tahun membutuhkan biaya
perawatan yang tinggi, seperti bahan bakar dan perawatan lainnya,”
katanya. “Maka kita membuat program rotasi infrastruktur tiap 5 tahun
sekali,” tambah Ketut.
Lebih
jauh, Ketut menjelaskan, kendaraan-kendaraan yang dirotasi selama 5
tahun ini diperoleh dengan sistem sewa. “Memang, untuk hal ini
membutuhkan tambahan biaya. Tapi, dengan diterapkannya program seperti
ini orang-orang menjadi tertarik untuk datang ke Kantor Pos, karena
percaya dengan armada yang dimiliki oleh PT Pos,” katanya. Modernisasi
armada, katanya lagi selain untuk efisiensi kerja juga untuk pembangunan
citra di masyarakat.
Kalau terapi empowerment adalah memutus mata rantai pengambilan keputusan di tiap-tiap daerah. “Selama ini menggunakan kebijakan dari
pusat. Hal ini tentu pengambilan keputusan berjalan lambat, maka saya
memberikan power atau kekuatan di tiap-tiap unit kerja di tiap daerah,”
katanya. Selain itu, langkah empowerment diambil dari kasus organisasi yang saling tumpang tindih. Saling tumpang tindihnya ini terlihat dari job desk
yang telah ada. “Untuk memuluskan pola kerja yang efisien hingga sampai
ke daerah maka kita buat Surat Keputusan Direksi,” tegas Ketut.
Budaya Perusahaan
Menjawab Tantangan
Setiap
perusahaan, pasti akan menuai tantangan. Baik karena perkembangan
teknologi maupun persaingan usaha yang makin ketat. Hal ini, tak
terkecuali dialami oleh PT Pos. Apalagi, melalui amanat Undang-Undang
Dasar No. 38 Tahun 2009, bisnis pos dibuka selebar-lebarnya, bisnis ini
baik untuk perusahaan domestik maupun asing. Namun, sejak awal Ketut
tidak sama sekali mengkhawatirkan hal ini. “Kita sangat terbuka
menghadapi persaingan ini,” kata Ketut.
Untuk
menyeimbangkan persaingan terbuka ini, pihaknya selain memodernisasi
semua lini pelayanan dengan mengampayekan budaya perusahaan yang lebih
tegas melalui slogan “CINTA POS”. Budaya perusahaan yang berupa
singkatan ini diuraikan oleh Ketut menjadi: C: Customer Orientation, I:
Integrity (untuk para karyawan), N: Network (setiap karyawan harus
memiliki network yang luas), T: Team Work, A: Accountable, P:
Professional (setiap pelanggan harus menerima perlakuan yang sama tanpa
melihat status sosial), O: Obsessed, dan S: Spiritual.
Dengan
budaya perusahaan ini, maka persaingan ini akan berubah menjadi tekanan
untuk berubah. Maka, upaya pembenahan dari segala lini yang dilakukan
oleh Ketut, mulai dari armada yang dimodernisasi dan organisasi yang
dirampingkan hingga budaya perusahaan salah satunya dibuktikan oleh
pihak luar dari PT Pos, maka beragam penghargaan pun datang.
Penghargaan
tersebut diantaranya: Juara 2 kategori inovasi produk jasa BUMN
terabaik (Anugerah BUMN 2011), Kategori The Best Logistic (Indonesia
Brand Champion 2011 dari Marketeer/Markplusinsight), BUMN teraktif
pengelola portal aset sektor transportasi dan pergudangan (Kementerian
BUMN 2011), Tempat pembayaran pajak favorit dan pengumpul surat setoran
pajak (Tax Award dari Menteri Keuangan—2009), Skor Integritas tertinggi
untuk layanan pembayaran bantuan pemerintah dari KPK—2009, Quality
managemen certification dari UPU—2010, dan ASIA Pacific agent of the
year 2010 dan Business Champion 2010 dari Western Union.
Tentu,
pencapaian kinerja ini selain diiringi dengan strategi yang mapan dari
para pengambil keputusan juga dibarengi dengan peningkatan kinerja
karyawan. Dengan begitu, visi-misi PT Pos untuk menjadi pemimpin pasar
di Indonesia dengan menyediakan layanan surat, paket, dan logistik yang
handal serta jasa keuangan yang terpecaya dapat tercipta dengan baik.
Dengan begitu, perusahaan plat merah yang kini menginjak usia ke-265
tahun, juga akan menggeliatkan perekonomian Indonesia di kancah dunia.